BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Hampir setiap rumah tangga, warung makanan dan produsen makanan membutuhkan telur ayam untuk memenuhi salah satu jenis bahan pokok ini. Untuk memenuhi salah satu bahan pokok tersebut menimbulkan banyak peternakan ayam petetlur. Akan tetapi peternakan ayam tersebut juga menimbulkan masalah berupa bau tahi ayam yang mengumpul dan cara pembersihan dengan menyiram air kotoran ayam tersebut menimbulkan bau yang sangat mengganggu.
Hampir setiap warga yang berada dilingkungan sekitar peternakan ayam mengeluhkan bau tahi ayam mengganggu pernafasan dan menimbulkan penyakit pernafasan. Hal ini seperti tertera pada salah satu jenis surat kabar detik.com yang menuliskan “ Ketika Masalah Bau Tahi Ayam Sampai Mahkamah Agung “, berita ini ditulis pada 11 november 2014. Pada berita ini dituliskan bahwa permasalahan bau tahi ayam yang terjadi di Desa Tateli, Pineleng, Minahasa, Sulawesi Utara, warga merasa terganggu bau tahi ayam karena peternakan tersebut tidak membersihkan kotoran ayam dan membiarkan menumpuk dan terkena air yang menyebabkan bau yang sangat menyengat[1]. Permasalahan yang timbul tidak hanya pada kotoran ayam tersebut akan tetapi permasalahan kualitas telur juga menjadi perhatian terutama konsumen dari rumah tangga yang menginginkan ukuran telur yang kecil. Kenapa ukuran telur menjadi masalah
? Hal ini disebabkan ukuran telur yang kecil adalah jenis telur yang bagus. Telur ayam yang kecil mempunyai daya tahan yang lebih baik karena mempunyai cangkang telur yang lebih keras dibanding dengan telur ayam yang berukuran besar.
Telur yang berukuran besar cenderung memiliki kulit cangkang yang tipis karena telur ayam yang besar dihasilkan dari ayam yang sudah memasuki usia tua atau afkir
( sebutan untuk ayam yang sudah tidak produktif ). Hal ini sudah dijelaskan oleh salah satu peternak ayam petelur ( Ibu Utik Tri Wulan Cahaya ) di daerah Klaten, Jawa tengah peternak telur juga menuturkan bahwa para konsumen menginginkan jenis telur yang kecil.
Oleh karena itu penulis mencoba memberikan sistem otomatis dalam membersihkan kotoran ayam tersebut dengan otomatis dan menggunakan udara yang dihembuskan pada
kotoran ayam tersebut agar kering dan mengurangi bau yang muncul dari kotoran tersebut penulis juga memberikan sistem pemiihan untuk ukuran telur yang besar dan kecil untuk memudahkan dalam pemasaran. Sistem otomatis tersebut menggunakan kotroler PLC dan HMI sebagai penampil hasil yang diperoleh. PLC ( Programmable Logic Control ) dipilih dalam sistem ini karena PLC mampu digunakan untuk sistem dalam sekala besar atau dalam industri.
1.2. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah membuat prototipe sistem otomasi pembersih kotoran ayam dan penyortir telur ayam berdasarkan ukurannya. HMI ( Human Machine Interface ) digunakan sebagai penampil hasil penyortiran telur yang diperoleh dalam sistem tersebut.
1.3. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah mempermudah peternak ayam dalam membersihkan kotoran ayam dan mensortir telur secara teratur dan berkala.
1.4. Batasan Masalah
Agar tugas akhir ini sesuai dengan tujuan dan tidak melebar dari masalah yang kemungkinanan muncul, diperlukannya batasan masalah agar tugas akhir ini berjalan sesuai dengan judul tugas akhir ini. Berikut adalah batasan masalah yang ada dalam tugas akhir ini :
1. Menggunakan PLC OMRON CP1E dengan jumlah port input 18 dan port output
2. Menggunakan HMI PT NT30
3. Komunikasi PLC dengan HMI menggnakan kabel RS232
4. Mengunakan motor DC 12v.
5. Dimensi kandang ayam 100 cm x 60 cm x 40 cm
6. Menggunakan sensor limit saklar sebagai pengaman jumlah kotoran ayam dalam penampungan.
7. Menggunakan sensor optical proximity diffuse untuk mendeteksi telur.