ABSTRAK
Sejak terjadinya invasi Amerika dan pasca tumbangnya Saddam Husein sebagaimana analisis dari para pakar politik dunia akan terjadi dampak-dampak yang muncul di negeri Irak.
Perubahan sosial yang mungkin akan muncul pasca tumbangnya rezim Saddam di Irak pasca invasi Amerika antara lain adalah akan terjadinya perubahan sosial yang drastis sehingga akan meruncing ke arah perang saudara di antara rakyat Irak sendiri; antara para pendukung Saddam dan yang kontra terhadapnya, antara kelompok Sunni dan kelompok Syiah, antara suku Kurdi dan suku-suku lain yang merasa berhak terhadap tampuk pemerintahan Irak.
Sedangkan pada sektor ekonomi, banyak para ahli ekonomi menganalisis bahwa di Irak akan muncul satu pusat perekonomian baru, khususnya terkonsentrasi dalam masalah minyak Irak sebagai sumber cadangan minyak terbesar kedua dunia setelah Saudi Arabia, oleh pihak Amerika dan Israel. Hal ini tentu saja mengandung banyak resiko, yaitu akan tersisihkannya perekonomian rakyat negeri Irak sendiri, karena penghasilan utama mereka akan menyusut drastis karena ada monopoli minyak oleh pihak Amerika dan Israel. Dan lebih daripada itu, organisasi OPEC sebagai wadah minyak dunia yang menjadi musuh utama Amerika dalam bidang perminyakan akan dipaksa bubar digantikan dengan perusahaan-perusahaan raksasa Amerika.
Bercermin dari realitas sejarah sosial dan politik di Timur Tengah, maka skenario yang akan terjadi nampaknya lebih mendukung apa yang ditakutkan oleh Deplu AS. Invasi AS ke Irak kemungkinan besar memang akan mengubah wajah Irak dan Timur Tengah, namun dengan skenario berbeda dari yang diangankan oleh Washington. Irak akan menjadi basis utama Amerika dalam mengontrol aktivitas politik negara-negara Arab di Timur Tengah.
Sejak terjadinya invasi Amerika dan pasca tumbangnya Saddam Husein sebagaimana analisis dari para pakar politik dunia akan terjadi dampak-dampak yang muncul di negeri Irak.
Perubahan sosial yang mungkin akan muncul pasca tumbangnya rezim Saddam di Irak pasca invasi Amerika antara lain adalah akan terjadinya perubahan sosial yang drastis sehingga akan meruncing ke arah perang saudara di antara rakyat Irak sendiri; antara para pendukung Saddam dan yang kontra terhadapnya, antara kelompok Sunni dan kelompok Syiah, antara suku Kurdi dan suku-suku lain yang merasa berhak terhadap tampuk pemerintahan Irak.
Sedangkan pada sektor ekonomi, banyak para ahli ekonomi menganalisis bahwa di Irak akan muncul satu pusat perekonomian baru, khususnya terkonsentrasi dalam masalah minyak Irak sebagai sumber cadangan minyak terbesar kedua dunia setelah Saudi Arabia, oleh pihak Amerika dan Israel. Hal ini tentu saja mengandung banyak resiko, yaitu akan tersisihkannya perekonomian rakyat negeri Irak sendiri, karena penghasilan utama mereka akan menyusut drastis karena ada monopoli minyak oleh pihak Amerika dan Israel. Dan lebih daripada itu, organisasi OPEC sebagai wadah minyak dunia yang menjadi musuh utama Amerika dalam bidang perminyakan akan dipaksa bubar digantikan dengan perusahaan-perusahaan raksasa Amerika.
Bercermin dari realitas sejarah sosial dan politik di Timur Tengah, maka skenario yang akan terjadi nampaknya lebih mendukung apa yang ditakutkan oleh Deplu AS. Invasi AS ke Irak kemungkinan besar memang akan mengubah wajah Irak dan Timur Tengah, namun dengan skenario berbeda dari yang diangankan oleh Washington. Irak akan menjadi basis utama Amerika dalam mengontrol aktivitas politik negara-negara Arab di Timur Tengah.