ABSTRAK
Kajian Seputar Jihad tidak pernah selesai seiring dengan perkembangan dan dinamika kehidupan manusia. Jihad mengalami puncak kristalisasinya setelah tragedi WTC dan Pentagon di Amerika Serikat. Pasca kejadian tersebut, kata Jihad menjadi familiar dan sering muncul di media cetak maupun elektronik sebagai sebuah istilah yang merujuk pada perang suci (holy war) guna membela agama.
Jihad juga sering diidentikkan dengan aksi terorisme. Di Indonesia sendiri, gerakan “jihad” dimulai dengan aksi-aksi bom bunuh diri di beberapa tempat serta mengalami antiklimaks seiring dengan ditangkapnya gembong teroris oleh aparat kepolisian. Aksi-aksi kelompok tersebut dengan mengatasnamakan jihad untuk menegakkan agama Allah dan mengambil beberapa ayat al-Quran tentang kewajiban melaksanakan jihad, dalam penafsiran perang fisik melawan musuh, menjadi perhatian peneliti untuk mengangkatnya sebagai sebuah kajian ilmiah (skripsi).
Penelitian ini menggunakan pendekatan analisis semantiks terhadap al-Quran yang mengandung ayat-ayat tentang jihad dan kalimat-kalimat deveriasinya. Dalam pendekatan analisis semantiks dikenal metode diakronik dan singkronik untuk melacak arti sebuah kata yang ingin dikaji. Di samping pencarian melewati Makna Dasar, Makna Relaisonal, Struktur Bathin, dan Medan Semantik.
Jihad dan segala macam bentukan kata yang lahir sebab perubahan kalimat dasar, termaktub dalam al-Quran sebanyak 41 kali. Mengikuti kesejarahan turunnya ayat-ayat al-Quran, kata jihad juga ditemukan dalam ayat-ayat Makkiah sebanyak dua kali serta selebihnya ditemukan dalam ayat-ayat Madaniah. Makna dasar dari jihad adalah bersungguh-sungguh (eksplorasi seluruh kemampuan) atau dalam keadaan susah (al-masyaqqoh). Dengan kata lain, seorang yang bersungguh-sungguh memertahankan keyakinan keagamaannya berada dalam keadaan yang susah. Oleh sebab itu, kata jihad sering digandengkan dengan kata amwal (harta) dan anfus (jiwa). Ketersediaan harta akan membantu proses penahanan keimanan. Begitu juga kesiapan jiwa akan melahirkan keyakinan dan optimisme dalam diri seorang mujahid. Kesabaran juga menempati posisi penting dalam rangka menghadapi keadaan yang sedemikian sulit. Oleh sebab itu, jihad juga memiliki korelasi dengan sabar.
Jihad hendaknya dilakukan atas dasar niat tulus karena Allah, dilaksanakan dengan mengikuti apa yang telah dilakukan Rosulullah, dan berangkat dari keimanan. Tanpa niat tulus, Jihad hanya menjadi perbuatan sia-sia dihadapan Allah, sebab Allah merupakan lokus utama dari perbuatan manusia. Begitu pula mengikuti jejak rosul sebagai utusan Allah adalah hal yang tak bisa dilepaskan dari dimensi jihad. Makna-makan relasional di atas yang ada dalam jihad.
Beberapa motiv yang melatar belakangi adanya kesungguh-sungguhan dalam memertahankan keyakinan adalah adanya proses as-Syirk. Penyekuatan terhadap Allah merupakan pintu utama lahirnya tindakan jihad. Di samping itu, bersungguh-sungguh di jalan Allah juga dilaksanakan dengan motiv pengharapan kasih sayang Allah dan Hidayah dari-Nya. Inilah struktur bathin jihad yang ada menurut Walthancaung Al-Quran.
Jihad juga sering diartikan sama dengan qital dan harb walaupun memiliki penekanan dan ruang lingkup yang berbeda. Disisnilah letak bangunan medan semantik jihad dengan karekteristiknya sendiri.