BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Persoalan tentang pendidikan, fokusnya selalu berkenaan dengan persoalan peserta didik, peserta didik yang dicintai, disayangi, dan generasi yang masa depannya harus dipersiapkan. Tugas mendidik anak teryata tidak mudah dilakukan, lebih-lebih pada zaman sekarang ini. Kesulitan-kesulitan menjalankan tugas mendidik itu amat terasa, terutama ketika dihadapkan pada kenyataan bahwa pengaruh lingkungan sudah sedemikian kuat, bahkan melampaui kekuatan pengaruh faktor-faktor pendidikan lainnya.
Seperti halnya Kenakalan remaja sudah menjadi berita utama dalam masyarakat, termasuk di media, baik elektronika maupun cetak. Wacana yang dibicarakan oleh berbagai pemberitaan yang terutama adalah kenalakan remaja, perkelahian, pergaulan bebas, penggunaan obat terlarang, mabuk dan bahkan tindak kekerasaan yang tidak selayaknya dilakukan. Menghadapi persoalan seperti itu, sudah pasti para orang tua dan guru menjadi risau. Cita- cita berupa agar kelak menjadi orang tua yang berhasil, yaitu memiliki anak yang sukses, shalih dan shalihah, taat pada kedua orang tua, berbakti kepada nusa, bangsa, dan agama menjadi obsesi yang terlalu sulit diwujudkan. Kesulitan menunaikan tugas pendidikan, lebih-lebih pada masa sekarang ini, bukan semata-mata oleh karena keterbatasan lembaga pendidikan yang tersedia, melainkan disebabkan amat sedikitnya lembaga pendidikan yang mampu melakukan peran-peran pendidikan secara utuh terhadap para siswanya. 1
Sebagaimana dalam Bab II pasal 3 UU Rl no. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional dijelaskan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. 2
Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya mewujudkan suatu kehidupan yang bermakna, damai dan bermartabat. Menyadari betapa pentingnya peran agama bagi kehidupan umat manusia maka internalisasi nilai-nilai agama dalam kehidupan setiap pribadi menjadi sebuah keniscayaan, yang ditempuh melalui pendidikan baik pendidikan di lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat.
Pendidikan Agama dimaksud untuk peningkatan potensi spiritual dan membentuk peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan beraklah mulia. Akhlak mulia mencakup etika, budi pekerti, dan moral sebagai perwujudan dari pendidikan agama. Peningkatan potensi spiritual mencakup pengenalan, pemahaman belajar, dan penanaman nilai-nilai keagamaan, serta pengalaman nilai-nilai tersebut dalam
kehidupan individual ataupun kolektif kemasyarakatan. Peningkatan potensi spiritual tersebut pada akhir bertujuan pada optimalisasi berbagai potensi yang dimiliki manusia yang aktualisasi yang mencerminkan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan.
Pendidikan Agama Islam diharapkan menghasilkan manusia yang selalu berupaya penyempurnaan iman, taqwa, dan akhlak, serta aktif membangun peradapan dan keharmonisan kehidupan, khususnya dalam memajukan peradapan bangsa yang martabat. Manusia seperti itu diharapkan tangguh dalam menghadapi tantangan, hambatan, dan perubahan yang muncul dalam pergaulan masyarakat baik dalam lingkup lokal, nasional, regional maupun global. 3
Pendidikan Agama Islam bertujuan utuk menumbuh kembangkan akidah melalui pemberian, pemupukan, dan pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengalaman, pembiasaan, serta pengalaman peserta didik tentang Agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang keimanan dan ketakwaanya kepada Allah SWT. Serta mewujudkan manusia yang taat beragama dan berakhlak mulia yaitu manusia yang berpengetahuan, rajin beribadah, cerdas, produktif, jujur, adil, etis, berdisiplin, bertoleransi (tasamuh), menjaga keharmonisan secara personal dan sosial serta mengembangkan budaya agama dalam komunitas sekolah. 4 Sebagaimana diketahui pendekatan pembelajaran Pendidikan agama Islam (PAI) selama ini secara umum tidak kunjung berubah, ia bagaikan secara
konvensional-tradisional dan monoton sehingga membosankan peserta didik. Hal ini terbukti sewaktu pelajaran pendidikan agama Islam (PAI) berlangsung banyak peserta didik yang ramai dan kurang menunjukkan antusias kepada pelajaran yang diterimanya. Pelajaran pendidikan agama Islam seringkali dilaksanakan disekolah bersifat menyendiri, kurang terintegrasi dengan bidang studi yang lain, sehingga mata pelajaran yang diajarkan bersifat marijinal dan periferal. 5
File Selengkapnya.....