ABSTRAK
Kata kunci: Pendekatan Konstruktivistik, Problem Based Learning, Pembelajaran
Aqidah Akhlak.
Selama ini pelaksanaan pendidikan agama yang berlangsung di sekolah
masih mengalami banyak kelemahan. Kegagalan ini disebabkan karena praktik
pendidikannya hanya memperhatikan aspek kognitif semata dari pertumbuhan
kesadaran nilai-nilai (agama), dan mengabaikan pembinaan aspek afektif dan
konatif-volitif, yakni kemauan dan tekad untuk mengamalkan nilai-nilai ajaran
agama. Akibatnya terjadi kesenjangan antara pengetahuan dan pengamalan,
Secara substansial mata pelajaran Aqidah-Akhlak di SMK memiliki kontribusi
dalam memberikan pengalaman kepada siswa untuk mempelajari dan
mempraktikkan aqidahnya dalam bentuk pembiasaan untuk melakukan akhlak
terpuji dan menghindari akhlak tercela yang mana terdapat beberapa
permasalahan dikehidupan sehari-hari. Al-Akhlaq alkarimah ini sangat penting
untuk dipraktikkan dan dibiasakan oleh siswa dalam kehidupan individu,
bermasyarakat dan berbangsa, terutama dalam rangka mengantisipasi dampak
negatif dari era globalisasi dan krisis multidimensional yang melanda bangsa dan
Negara Indonesia. Untuk dapat memaksimalkan praktik pembelajaran aqidah
akhlak diperlukan pembelajaran yang tidak hanya melatakkan dasar kognitif siswa
untuk dapat mempelajari suatu materi pembelajaran. Problem Based Learning
merupakan model pembelajaran yang berorientasi pada kerangka kerja teoretik
konstruktivisme. Dalam model Problem Based Learning, fokus pembelajaran ada
pada masalah yang dipilih sehingga siswa tidak saja mempelajari konsep-konsep
yang berhubungan dengan masalah tetapi juga metode ilmiah untuk memecahkan
masalah tersebut. Oleh sebab itu, siswa tidak saja harus memahami konsep yang
relevan dengan masalah yang menjadi pusat perhatian tetapi juga memperoleh
pengalaman belajar yang berhubungan dengan ketrampilan menerapkan metode
ilmiah dalam pemecahan masalah dan menumbuhkan pola berfikir kritis.
Berdasarkan pada latar belakang di atas maka dapat dirumuskan
permasalahannya yaitu, bagaimanakah penerapan pendekatan konstruktivistik
dengan problem based learning, apakah penerapan pendekatan konstruktivistik
dengan problem based learning mampu meningkatkan kemampuan memecahkan
masalah siswa dalam pembelajaran Aqidah Akhlak? Apakah kendala dalam
penerapan pendekatan konstruktivistik dengan problem based learning?
Penelitian ini dilaksanakan di SMK NU 01 Kedungpring Lamongan.
Dengan desain tindakan kelas (Classroom Action Research). Yaitu penelitian
yang melalui tahapan-tahapan, perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, refleksi
pada setiap siklusnya. Penelitian tindakan ini dibagi menjadi II siklus dengan II
kali pertemuan pada masing-masing siklus. Teknik-teknik pegumpulan data yang
digunakan yaitu: observasi, interview dan dokumentasi. Prosedur
analisis data yakni, data yang diperoleh melalui tindakan dianalisis, data yang
bersifat kualitatif seperti observasi, interview dan dokumentasi (data guru, latar
belakang sekolah). Sedangkan data yang didapatkan melalui dokumentasi yang
berupa angka atau data kuantitatif (pretest, siklus I dan siklus II) menggunakan
analisis deskriptif kuantitatif dan sajian visual.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, dapat disimpulkan
bahwa penerapan pendekatan konstruktivistik dengan problem based learning
mampu meningkatkan kemampuan memecahkan masalah siswa dalam
pembelajaran Aqidah Akhlak di SMK NU 01 Kedungpring Lamongan.
Peningkatan dapat dibuktikan dengan meningkatnya kemampuan siswa dalam
klarifikasi istilah dan konsep yang belum jelas, merumuskan masalah,
menganalisa masalah, menata gagasan, memformulasikan tujuan pembelajaran
dan mencari informasi tambahan dari sumber lain. Selain itu dari data kuantitatif
yakni dengan meningkatnya nilai ujian dari pada saat pretest, siklus I dan siklus II.
Jumlah nilai rata-rata pada pelaksanaan pretest adalah 74, kemudian setelah
dilaksanakan tindakan pada siklus I jumlah nilai rata-rata meningkat menjadi 76,8
atau meningkat menjadi 3,01 % atau sekitar 79% keberhasilan. Sedangkan pada
pelaksanaan siklus II terjadi peningkatan dari siklus I ke siklus II 6,5% atau
sekitar 95% keberhasilan.
Dari hasil penelitian tindakan ini peneliti memberikan saran sebagai
pertimbangan. Perkembangan pembelajaran berbasis masalah perlu dikembangkan
guna meningkatkan kegiatan-kegiatan belajar mengajar, untuk dapat
mengembangkan kemampuan memecahkan masalah siswa memerlukan banyak
latihan, guru memerlukan pendekatan untuk memberikan motivasi terhadap setiap
siswa agar dalam pelaksnaannya siswa dapat memahami instruksi guru dan
terbentuk rasa percaya diri.
File Selengkapnya.....